Thursday, October 19, 2006

Groupies, Nakal Tapi Menggoda

Groupies, Nakal Tapi Menggoda

Saat itu, sebuah band asal luar negeri tampil di Jakarta. Kehadiran mereka memang ditunggu-tunggu penggemarnya yang mayoritas remaja ABG khususnya wanita. Di awal konser, mereka selalu menyambut hangat penggemarnya. Ribuan penonton yang hadir pun tak kuasa menahan emosinya. Mayoritas dari mereka seraya menjerit histeris melihat personil band pujaan mereka beraksi.
Di tengah konser, benda-benda aneh pun melayang dan mendarat di atas panggung. Mulai dari setangkai bunga, handuk, ikat rambut, kaus kaki, hingga pakaian dalam seperti bra dan celana dalam. “Aksi lempar” ini merupakan pemandangan biasa dalam sebuah konser. Bahkan, tidak sedikit dari mereka yang jatuh pingsan ketika “barang lemparan” mereka disentuh atau diraih sang pujaan.
Biasanya, aksi ini kerap kali dilakukan oleh penggila atau penggemar berat suatu band atau artis tertentu. Mereka akrab dengan sebutan groupies. Sebenarnya, fenomena groupies ini telah terjadi puluhan tahun lalu. Groupies memang sebuah gejala yang terjadi hampir di seluruh dunia. Nakal tapi menggoda!
Di luar negeri, groupies memang menjadi bagian dari sebuah konser atau tur dari band raksasa. Bahkan, tidak harus menjadi band raksasa, banyak juga dari band-band tanggung yang sukses menjaring groupies yang tidak sedikit. Ini memang bagian dari gaya hidup musisi luar negeri. Bahkan, tidak sedikit dari band-band besar yang selalu berpesta dengan groupies usai konser atau dalam rangka tur mereka. Namun, bukan sembarang pesta, mereka kerap kali melakukan pesta narkoba dan seks bebas.
Beberapa musisi luar negeri yang “akrab” dengan groupies adalah Rolling Stones, kemudian Aerosmith. Bahkan, Steven Tyler sang vokalis sempat memiliki seorang puteri dari groupies yang kini menjadi bintang sukses di Hollywood, Liv Tyler. Lucunya, Liv Tyler pun dianggap sebagai groupies juga. Pasalnya, Liv begitu mengidolakan vokalis Rolling Stones, Mick Jagger. Bahkan, banyak isu miring seputar kedekatan Liv dengan Jagger.
Groupies di Indonesia
Groupies di luar negeri adalah hal yang biasa. Lantas, bagaimana di Indonesia? Fenomena yang terjadi juga sama saja. Generasi groupies tumbuh sumbur dan kerap berganti tiap dekade. Meski eksistensi groupies di Indonesia belum separah di luar negeri, tapi fenomena ini seakan tak pernah hilang ditelan waktu.
Bukan rahasia lagi bahwa groupies identik dengan seks. Stigma anak band yang selalu melakukan hubungan dengan penggemarnya adalah anggapan biasa. Hubungan emosional ini sama halnya seperti hubungan laki-laki dan perempuan yang mengidolakannya. Bahkan, tidak sedikit dari mereka yang rela menanggalkan bajunya dan jatuh ke pelukan musisi atau artis pujaannya.
Mereka secara suka rela diajak tidur, namun belum jelas apa sebenarnya status mereka di mata sang musisi. Anehnya, ketika mereka berhasil tidur dengan sang musisi, hal itu menjadi kebanggaan tersendiri kepada teman-temannya atau sesama groupies. Seolah-olah, mereka telah berhasil mencapai titik klimaks sebagai seorang groupies.
Tidur dengan sang musisi pujaan memang bukanlah hal yang mudah. Pasalnya, mereka juga harus bersaing dengan groupies lainnya yang tentunya memiliki kelebihan sebagai seorang wanita. Alhasil, rasa bangga seakan mengalir di adrenalin saat mereka terbangun di sebuah ranjang dengan sang musisi pujaaannya.
Kendati demikian, tidak menutup kemungkinan fenomena ini justru terjadi sebaliknya. Ada juga laki-laki yang mengidolakan musisi atau artis perempuan dan terobsesi untuk bercinta dengan sang artis.
Antara Groupies dan Fans
Aksi para penggemar memang sungguh tak terduga. Tapi, jangan salah! Ada benang merah antara penggemar biasa atau fans dengan penggemar berat atau groupies. Aksi groupis ini terkesan main seruduk. Tiap acara jumpa fans pertanyaan mereka terkesan aneh dan menjurus. Sikap mereka selalu agresif dan isyarat untuk meniduri mereka terlihat jelas. Berbeda dengan para fans yang terkesan malu-malu. Biasanya, fans cukup puas dengan tanda tangan dan sekedar bersalaman.
Sering kali tindakan kaum groupies ini lebih nekat ketimbang fans biasa. Biasanya, para fans hanya melambaikan tangan dan menunggu dengan setia di sekitar kamar hotel tempat sang musisi menginap. Ada juga dari mereka yang membawa atribut atau bahkan spanduk yang ditujukan bagi artis kesayangannya. Berbeda dengan kaum groupies, tidak sedikit dari mereka yang berusaha masuk ke hotel dan berakhir di ranjang bersama sang artis.
Keamanan hotel yang ketat bukanlah masalah jika sang musisi atau artis memang menginginkannya. Jadi, aksi ini sama sekali bukan beli kucing dalam karung. Pasalnya, sang musisi atau artis tahu benar kemolekan groupies yang mengidolakannya. Alhasil, sang artis tinggal tunjuk saja dan sesaat kemudian terserah mau diapakan groupies pilihannya itu. Dari cuma sekedar mandi kucing hingga Making Love pun bisa saja terjadi di kamar hotel itu.
Meski belum jelas kategori dan definisinya, namun kehadiran groupies di dunia hiburan memang tidak bisa disangkal lagi. Bila tak ada groupies, maka dunia hiburan bagai sayur tanpa garam. Groupies dianggap memberikan kenikmatan tersendiri bagi sebagian kalangan. Mereka seperti doping bagi sebagian musisi atau artis. Maklum, ketatnya jadwal konser atau tur tentu memberikan tekanan tersediri. Alhasil, sebagian musisi atau artis gemar sekali menyantap groupies sebagai sarana pembangkit energi mereka.
Tapi, untuk menyingkapi hal ini diperlukan hati bersih dan sikap yang lebih bijaksana. Alangkah tidak adil bila kita menuduh semua band atau artis adalah pelanggan tetap groupies. Banyak juga dari mereka yang masih menjunjung tinggi moralitas dan idealisme budaya timur. Beberapa dari mereka ada juga yang memilih untuk berdiam diri di kamar dan mencari kesibukan lainnya. Bahkan, ada juga yang mengajak kekasihnya atau anggota keluarga mereka, misalnya, isteri dan anak. Maklum, biasanya sebuah tur memakan waktu yang tidak sebentar.
Namun, secercah kebenaran akan fenomena groupies selalu ada. Pasalnya, groupies selalu memberikan sensasi pengalaman tersendiri bagi band tanggung yang melakukan tur. Bukan hanya itu, musisi yang sudah berkeluarga pun banyak yang terjebak dalam perangkap cinta sesaat bersama groupies. Akumulasi kejenuhan akibat jadwal tur yang padat menjadikan mereka lupa diri. Pasalnya, aspirasi di bawah perut mereka juga harus disalurkan. Jika isteri atau kekasih berada jauh di seberang sana, maka groupies adalah alternatif yang menggiurkan.
Kisah groupies ini semakin hangat ketika Ariel, vokalis Peter Pan marak diberitakan infotainment karena menghamili kekasihnya. Namun, pria yang sedang naik daun ini pun berjanji akan bertanggung jawab penuh atas tindakannya itu. Sebelumnya, tercatat beberapa musisi yang menikahi penggemarnya. Bahkan, diantaranya terpaut perbedaan usia yang lumayan jauh. Namun, yang jadi persoalan apakah mereka menikahi groupies atau fans? Dengan dalih cinta sejati mereka berusaha meyakinkan publik bahwa hubungan mereka memang berlandaskan cinta yang datangnya murni dari hati. Benarkah? Hanya mereka yang bisa menjawab. Setidaknya keputusan mereka patut dihargai dan biarkan masyarakat yang menilainya.

No comments: