Thursday, October 19, 2006

Pengaruh Jimi Hendrix dalam Peta Musik Rock

Pengaruh Jimi Hendrix dalam Peta Musik Rock

Siapa yang tak kenal Jimi Hendrix, pria kribo dengan nama lengkap James Marshall Hendrix. Ia telah meninggal 35 tahun silam, tepatnya 18 September 1970. Gitaris negro asal Seattle, Amerika Serikat ini memang fenomenal. Karir Jimi terbilang singkat, yaitu sekitar empat tahun. Namun, namanya begitu melegenda dan tak pernah hilang dimakan waktu.

oleh: Iwan Suci Jatmiko

Karir Jimi memang merupakan sensasi tersendiri dalam dunia musik rock. Bahkan, ada anggapan bahwa bila tak ada Jimi maka tak ada musik Heavy Metal. Anggapan ini memang tidak berlebihan. Pasalnya, fenomena yang terlihat dari musisi era 70-an hingga masa kini hampir semuanya berkiblat atau pernah terinspirasi oleh Jimi.
Bagi gitaris sejati, aksi solo adalah puncak dari seluruh barisan notasi lagu. Aksi solo yang sempurna merupakan ungkapan jiwa seorang musisi. Untaian notasi yang diciptakan harus mewakili ekspresi dari perpaduan rasa, nada, dan teknik.
Jemari seorang gitaris handal seakan menari di antara dawai gitar. Hasilnya, jemari mereka melahirkan notasi yang mampu menyihir siapa saja yang mendengar untuk larut dalam nada. Seperti halnya “Making Love”, aksi solo juga menawarkan sensasi tersendiri. Stimulasi yang tercipta saat melakukan solo begitu kuat mengalir dalam adrenalin. Alhasil, notasi demi notasi yang dihasilkan merupakan luapan dari “orgasme nada” sang gitaris.
Kalau Michael Jackson terkenal dengan tarian eksentriknya, Inul dengan goyang nge-bornya,maka Jimi mencuat dari permainan gitarnya yang kontroversial. Jika kini banyak gitaris metal menggigit dawai gitar, menghantam gitar ke sound system, bisa jadi hal ini sudah ketinggalan zaman. Pasalnya, Jimi telah melakukan hal tersebut sejak puluhan tahun silam. Bahkan yang lebih gila lagi Jimi punya jurus pamungkas “Roast the Fender”. Yaitu aksi membakar gitar Fender miliknya. Gaya agresif Jimi sempat membuatnya celaka. Waktu ia membakar gitarnya, tangannya ikutan terbakar. Ia pun dilarikan ke rumah sakit. Aksi spektakuler ini pertama kali dilakukan Jimi di Finsbury Park Astoria, London. Akibatnya, manajer tempat itu bersumpah tak akan mengizinkan Jimi untuk tampil di sana lagi.
Sebagian besar orang mengenal Jimi sebagai gitaris kidal. Namun, anggapan itu sebenarnya salah.Gitar adalah isteri kedua Jimi, bahkan ia bisa bermain baik dengan tangan kanan atau tangan kiri. Di tangan Jimi, gitar tak cuma disandang di bahu. Kadang Jimi menaruh gitar Fender miliknya di lantai panggung dan jarinya mulai memetik dawai gitar seperti kerasukan setan.
Kini banyak gitaris era baru yang berpatokan dengan teknik dan kecepatan. Belum lagi efek suara elektrik yang mulai mendominasi aksi solonya. Padahal, itu bisa saja mengurangi orisinalitas dari gaya permainannya. Jika ditelaah lebih jauh, sebagian besar aksi solo gitaris berasal dari jiwa. Teknik dan kecepatan bukanlah segalanya. Mereka kerap kali mengeksplorasi nada dari ungkapan rasa di dalam hati. Biasanya, fenomena ini terlihat di gitaris yang mempunyai latar belakang musik Blues. Maklum, Blues diyakini sebagai musik yang terlahir dari kesedihan jiwa seseorang.
Musik yang Jenius
Jimi bisa dibilang sebagai gitaris sejati yang begitu brilian. Kejeniusannya dalam bermusik melahirkan sebuah genre rock yang fenomenal. Jika Jimi masih hidup, maka ia layak menyandang gelar profesor atas eksperimen musik yang ia ciptakan. Siapa yang berani bilang kalau Purple Haze, Hey Joe, Little Wings, Manic Depression, The Wind Cries Mary dan tembang milik Jimi lainnya itu cuma lagu biasa saja. Tembang milik Jimi seakan tak hanyut ditelan waktu.
Jimi bukan hanya seorang musisi yang ikut meramaikan blantika musik metal. Bahkan, Jimi dianggap sebagai tonggak berdirinya musik rock. Eksperimen suara yang dilakukan Jimi dengan gitar serta instrumen elektrik menghasilkan pertunjukkan sensasional. Gaya atraktifnya menciptakan sebuah fenomena yang maha dahsyat hingga diikuti oleh hampir seluruh gitaris di penjuru dunia.
Jimi berhasil membuka gerbang musik rock dan menyebar benih yang berpotensi untuk berevolusi di kemudian hari. Seni pertunjukkan yang dilakukan Jimi begitu melibatkan emosional penonton. Jimi mampu menaklukan ribuan penonton dengan gaya dan nada hasil eksperimennya. Sebuah warisan yang begitu inovatif.
Eksplorasi musik yang dilakukan Jimi sekitar tahun 1960-an, juga dilakukan beberapa musisi rock lainnya. Misalnya Eric Clapton yang menghasilkan warna musik rock dipadupadakan dengan sentuhan Blues. Jeff Beck juga melakukan hal yang sama dengan menambah sedikit sentuhan Rock and Roll. Mereka menyumbangkan bentuk musik rock yang berbeda pada umumnya. Warna musik mereka lebih berkarakter dengan komposisi bass dan dentuman drum yang lebih keras. Ditambah dengan efek distorsi gitar yang agresif dan meledak-ledak.
Akhirnya, sekitar awal 1970-an mulai bermunculan band rock terkemuka seperti Led Zeppelin, Deep Purple, dan Black Sabbath. Jenis musik mereka terkesan lebih kental dan jelas terhadap eksplorasi musik dari Jimi Hendrix. Komposisi musik mereka sarat dengan riff dan chords yang bertenaga. Efek distorsi gitar bisa lebih agresif, serta aksi drum dan gitar solo yang panjang disertai lirik yang berbau mistis. Jenis musik ini kemudian dikenal dengan nama Heavy Metal. Akhirnya, seiring perkembangan zaman, sekitar dekade 1980-an jenis musik ini mulai berevolusi. Berbagai aliran mulai bermuculan di dalamnya, seperti Thrash Metal, Speed Metal, Grind Core, Hard Core, Death Metal, dan sebagainya. Sungguh perjalanan musik yang mengagumkan.
Jimi bisa dibilang sebagai Einstein bagi publik rock. Ia menciptakan benih yang akhirnya tumbuh subur di jiwa musisi rock generasi berikutnya. Sebuah teori musik berhasil ia ciptakan dan mampu menembus raga musisi rock di seluruh dunia. Prinsipnya berkembang di kemudian hari bahwa musisi rock tak hanya berpedoman dengan teknis belaka. Eksploitasi diri dan segudang keahlian harus dimiliki bagi seorang gitaris yang juga entertainer sejati.
Inovasi Jimi memang spektakuler dan mampu menembus jeruji penghalang antara berbagai karakter musik. Jimi berhasil melintasi batasan alur musik yang saat itu jelas kentara. Salah satu terobosan Jimi adalah saat Jimi membawakan Star Spangled Banner di Woodstock Festival tahun 1969. Ia berhasil membawakan lagu kebangsaan Amerika itu sesuai dengan karakter dirinya.
Sejarah Singkat Jimi Hendrix
Karir Jimi memang pendek. Bahkan, Jimi meninggal di usia yang relatif muda – 28 tahun. Jimi lahir di King Country Hospital, Seattle, Washington, 27 November 1942 dengan nama Johnny Allen Hendricks. Ia putra sulung pasangan James Allen Hendrix dan Lucille, seorang Indian Cherokee. Nama itu merupakan pemberian ibunya, yang kemudian diubah oleh sang ayah menjadi James Marshall Hendrix pada saat Jimi berusia 4 tahun.
Jimi tak pernah mengenyam pendidikan musik secara formal. Ia belajar memainkan gitar secara otodidak dengan mendengar lagu-lagu dari piringan hitam dan melihat permainan orang lain. Musisi yang disukainya saat itu antara lain, B.B. King dan Muddy Waters. Ia juga jatuh cinta dengan warna musik Bob Dylan. Bahkan, All Along The Watchtower sebuah karangan Bob Dylan yang kemudian menjadi salah satu lagu paling terkenal Jimi. Pengaruh Bob Dylan inilah yang membuat Jimi berbeda dengan musisi kulit hitam lainnya pada saat itu.
Karir Jimi berawal saat aksinya dipergoki Chas Chandler mantan pemain bass grup The Animal. Chandler begitu terpukau dengan permainan Jimi dan akhirnya membuka jalan bagi Jimi untuk mewujudkan cita-citanya. Chandler menjadi manajer Jimi dan langsung memboyong Jimi ke Inggris. Sesampainya di London, mereka membentuk sebuah band bernama The Jimi Hendrix Experience (JHE). Band ini diperkuat oleh Noel Redding (Bass) dan Mitch Mitchell (Drum). Akhirnya, terciptalah maha karya mereka berupa album pertama yang bertajuk Are You Experience?.
Karir Jimi pun mulai meroket. Jimi berhasil menaklukan publik rock di Inggris dan kampung halamannya, Amerika Serikat. Beberapa album dan serangkaian tur mewarnai kehidupan Jimi saat itu. Namun, dibalik kesuksesannya menjadi seorang superstar, ia harus menyerah pada kebiasaan buruknya. Jimi mulai akrab dengan obat bius, narkotika dan minuman keras.
Alhasil, berbagai konflik pun timbul. Pengerjaan album The Electric Ladyland selalu diwarnai pertengkaran. Jimi tak mau mendengarkan saran dari orang lain. Bahkan, karena merasa tak dianggap lagi, akhirnya Chas Chandler mengundurkan diri sebagai manajer The Jimi Hendrix Experience (JHE). Para personil JHE pun mulai tak sanggup mengikuti kehidupan tur mereka yang meletihkan.
Puncaknya, Jimi ditemukan pingsan di sebuah kamar teman wanitanya. Walau segera dibawa ke Rumah Sakit St. Mary Abbot, namun Jimi meninggal setibanya di rumah sakit itu. Menurut keterangan pihak rumah sakit, Jimi meninggal akibat pernafasannya tersumbat oleh muntahnya sendiri. Kendati demikian, banyak orang yang meragukan keterangan itu. Banyak anggapan bahwa ini meninggal akibat kelebihan dosin obat tidur. Apapun asumsi orang, yang jelas dunia telah kehilangan gitaris handal yang hingga kini raungan gitarnya masih lekat di telinga pecinta rock di seluruh dunia.

2 comments:

Anonymous said...

wah mantap bro reviewnya...


kalo mau ditambahin gearnya bisa diliat disini

www.guitaristgear.cjb.net

Anonymous said...

Taik......

Smua atraksi itu udah pernah dilakuin ma band legendaris dari indonesia yang dilupakan yaitu the tielman brother.....klu g percaya ..
u liad ja di www.hanifsatrio.wordpress.com